Bayangkan anda sedang duduk
di tepi pantai, menikmati sunset, sambil minum kelapa muda. Tiba-tiba
datang seorang wanita cantik ngasih selembar kertas bertuliskan “SELAMAT, ANDA
LULUS DENGAN IPK CUMLAUDE!!!”
Pasti bahagia banget kan?
(meski gak nyambung antara pantai dengan IPK cumlaude).
Nha, kurang lebih begitulah
perasaanku saat nulis postingan ini.
Ya, aku lagi bahagiaaaaa
banget.
Karena eh karena, aku baru
saja melewati malam yang melelahkan sekaligus menyenangkan bersama orang yang
dulu pernah jadi pacar (disingkat: OYDPJP). Aku nggak mau nyebut mantan di
sini. Karena dulu kita udah sepakat untuk nggak menggunakan istilah itu. Meski
agak ribet tapi gak papa lah nyebut dia OYDPJP.
Aku putus sama OYDPJP udah
cukup lama. Yaitu sekitar pertengahan taun 2011. Namun selepas putus kita masih
sering ketemu, sampai bulan Oktober 2011. Selepas bulan Oktober, karena beberapa
sebab, kita gak pernah ketemu lagi. Sampai tadi malem (6 Januari 2012). Jadi
ceritanya tadi malem adalah pertemuan pertama setelah hampir 3 bulan gak ketemu.
Perasaanku saat ketemu si
OYDPJP, aneh. Perasaan antara kangen, juga rasa penasaran pengen tahu bagaimana
dia berubah selama 3 bulan gak ketemu (dan sebaliknya). Semua rasa itu bercampur
saat akhirnya kita bertemu. Namun, aku nggak mau ini disebut CLBK. Terlalu geli
kali ya, lama gak ketemu tiba-tiba langsung CLBK.
Dan beginilah cerita ini
dimulai...
***
Di suatu kesempatan SMS-an
dengan si OYDPJP, aku ngajak dia ketemuan. Seperti yang aku bilang sebelumnya,
aku kangen. Dan dia, entah karena kangen juga ato apa, menyambut ajakanku. Setelah
dia mau aku ajak ketemuan, aku jadi berpikir, aku ajak kemana ya?
Aku pikir-pikir lagi, acara
ketemuan ini malah jadi terlihat seperti semacam first-date.
Awalnya aku ngajak dia untuk nduren
alias makan duren. Pikirku, gak ada yang lebih romantis selain makan duren
berdua sama pacar. Meskipun kita bukan pacaran, hehe. Tapi dia gak mau, katanya dia baru pesta duren kemarin. Lalu aku meminta dia sendiri yang
memutuskan pengen ke mana.
“Ke sekaten aja gimana? Kalo
gak ujan juga sih.” kata dia lewat SMS.
“Boleh boleh.. Ya berdoa aja
moga gak ujan.” Balasku, sambil berpikir “di sekaten itu ada apa ya?”.
Ya, aku belum pernah ke Sekaten sebelumnya.
***
6 Januari 2012, sekitar pukul
19.00 waktu Jogja, aku sampe di kost-nya si OYDPJP. Dan aku langsung disambut
dengan suara-suara norak dari temen-temen kost-nya dia, semisal “Cieee
cieee.... CLBK cieee..” Aku pun hanya bisa membalas dengan ketawa canggung yang
lebih norak “heheh.. hehehe.”
Tak berapa lama kemudian, di
sini lah kita, di Sekaten, di alun-alun utara Yogyakarta. Jangan tanya arti
sekaten itu apa. Yang bisa aku jelasin hanyalah: ternyata Sekaten itu pasar
malem. Lengkap dengan wahana-wahana permainan yang merupakan imitasi wahana
permainan di Dufan. Ada Bianglala, tapi mini. Ada Kora-kora, tapi mini juga.
Ada badut Ancol, juga mini. Yang terakhir bo’ong deng. Intinya di sana rame
banget.
Oh ya, sebelumnya, di
sepanjang jalan dari kost OYDPJP menuju ke Sekaten, kita lebih banyak diam.
Sepertinya kita sama-sama canggung untuk memulai ngobrol. Namun itu nggak
berlanjut setelah kita sampai di Sekaten.
Kita berjalan mengaduk-aduk
keramaian di Sekaten, sambil ngobrolin banyak hal. Moment-moment ngobrol seperti
inilah yang sebenernya paling aku kangenin. Lalu ketika sampai di sekitar
wahana Kora-kora (mini), kita berhenti. Si OYDPJP ngeliatin wahana itu dengan
muka seolah mengatakan “Mama, aku pengen naek itu, Mama.”
“Mau nyoba naek?” tanyaku.
“Boleh, ayok.” jawabnya.
Kita pun beli tiket.
Aku jelasin di sini wahana
Kora-kora (mini) itu kayak gimana. Kalian pasti tau kan wahana Kora-kora yang
ada di Dufan? Yang bentuknya perahu, kita naikin, terus kita diayun-ayunin
sampe miring-miring. Nha, kora-kora yang ada di Sekaten ini sama persis cara
mainnya. Bedanya, kora-kora di sini jauuuuuuuuhhhhh lebih kecil. Dan sama
sekali gak terlihat menantang. Malah lebih terlihat kayak permainan anak TK.
Cemen banget deh pokoknya.
“Kamu beneran berani naik
ini?” aku ngeledek dia.
“Kamu yang gak berani ya?”
dia malah ngeledek balik.
Ngerasa harga diriku
diremehkan, aku jawab dengan nada cukup tinggi “Paling gini, siapa takut. Ayok
naik.”
Kita lalu memilih duduk di
tempat paling ujung, yang katanya paling menegangkan.
“Kamu bawa plastik gak?
Jangan-jangan ntar kamu muntah.. hahaha” aku kembali ngeledek dia, sesaat sebelum
permainannya dimulai.
“Kamu tuh paling yang mau
muntah!”
“NGGAK YA!”
Permainan pun dimulai.
Awalnya diayun pelan. “Cuma
gini doang? Hah.” kataku.
“Ini belom mulai.” kata dia.
Ayunan bertambah kencang.
Tapi tetep belum menegangkan.
“Hahaha.. Cuma gini doang..
hahaha.” aku kembali meremehkan. Karena emang remeh. Sementara si OYDPJP diem,
kayaknya dia ketakutan.
“Hahaha.. cemen.. kurang
asoi!” aku berseru.
Ayunan semakin lama semakin
bertambah kencang. Sampai teriakanku berubah menjadi:
“HAHAHAHAHAAA... INI KAPAN
SELESENYA??? HAHAHAHA..”
“KAMU MAU TURUN?” tanya
OYDPJP.
“ENGGAK, LAH! HAHAHAHA..
ENGGAK.”
“JERIT AJA!! JERIT!!”
“ENGGAK!! JERITANKU JELEK..
HAHAHA.”
Dunia pun berputar-putar. Masa-masa kecilku yang indah bermunculan
sekelebat. Kora-kora
mini ini tak seremeh yang ku duga.
Setelah kurang lebih 15 menit
diombang-ambingkan oleh perahu kampret bernama Kora-kora tadi, kita pun turun.
Aku langsung mau sujud syukur, tapi karena gak tau arah qiblat, gak jadi. Aku
berjalan terseok-seok di sebelah dia.
“Kamu mau muntah?” OYDPJP
kembali perhatian (atau kasihan ngeliat mukaku?)
“Gak lah. Masak naek gitu
doang muntah?!” Jawabku sambil membungkuk megangin lutut (dalam hati teriak: DENGKULKU
ILANG!! DENGKULKU JATOH DI MANA YA OLOH?!).
Sumpah, sejujurnya perutku
mual banget. Aku nggak menyangka ternyata aku selemah itu.
“Kamu beneran gak papa, Mi?” OYDPJP
sepertinya khawatir aku pingsan.
“Iya, gak papa.” Harga diri
lebih penting daripada perut mual.
Dan malam itu, berakhir dengan aku terus-terusan
megangin perut.
***
PS: Kerak telor di Sekaten mahal banget.
critax lcu n mnarik.. plgi klo km smp muntah..pzt lbih mnarik..ha.ha..just kid..
BalasHapusdi tu9gu crita slanjutx..
Habis itu saya emang muntah, tapi lewat mulut yang bawah.. hehe..
BalasHapus