Minggu, 01 April 2012

Crazy Things


Kreatif dengan Gila adalah dua hal yang beda tipis...


Aku inget di SMA-ku dulu, ada kejadian seorang siswa diseret-seret secara paksa ke tengah lapangan basket oleh beberapa siswa lain. Siswa yang diseret meronta-ronta sekuat tenaga berusaha melepas cengkeraman siswa lain yang menyeretnya. Maling helm, aku menebak.

Kemudian, siswa yang diseret-seret itu “disiksa” rame-rame. Dia diguyur air secara brutal, kepalanya dikeprokin pake telor mentah, badannya ditaburin tepung. Setelah itu, siswa-siswa yang tadi menyeret-nyeret dan menyiksa bernyanyi Happy Birthday To You...

Maling helm lagi ulang tahun.

Melihat kejadian itu, aku mencibir dalam hati, ”Gila, norak amat! Ulang tahun aja pake acara gituan!

Keesokan harinya, aku menyeret-nyeret seorang temen yang ulang tahun ke lapangan basket. Aku guyur dia pake air, aku keprok kepalanya pake telor, dan badannya aku taburin tepung.

Ternyata, seru juga “menyiksa” temen yang lagi ulang tahun.

Saking serunya, kita-kita yang “menyiksa” jadi sering lupa esensi penyiksaan itu sendiri: untuk memperingati hari lahir. Taunya rame-rame, heboh-heboh, terus seneng-seneng. Dalam kebanyakan kasus, yang disiksa malah lebih seneng.

Aku juga masih inget dulu di SMA, ada temen sekelas ulang tahun, lalu temen-temen lain, termasuk aku, berinisiatif “merayakan” hari jadi tersebut dengan ngebikin bom air. Itu lho, plastik sekiloan diisi air terus diiket ujungnya. Nah, kalo airnya air keran biasa mah gak masalah. Nha waktu itu beberapa plastik diisi..... ehm, air seni. Serius, benar-benar air seni, air pipis. Aku masih ingat betul kejadian itu karena dulu aku ikut nyumbang pipisnya. Mehehe..

Pas pulang sekolah, temenku yang ulang tahun itu dicegat di gerbang, lalu tanpa ampun dilempar jumroh. Bukan pake batu, tapi pake bom air yang sudah disiapkan tadi, yang beberapa diantaranya berisi air pipis. Si temen yang ulang tahun jelas kalang kabut. Dia berlarian menghindari serangan bom air (+pipis) kami, tetapi percuma. Pada akhirnya, teman yang ulang tahun itu pulang dengan baju dan celana basah kuyup sambil menggerundel “Kayaknya aku gak sengaja kencing di celana, deh.... bau pesing.”

Oke, aku tahu itu sangatlah tidak beradab dan sangat tidak bermoral. Tapi, yah, masa SMA adalah masa di mana aku (atau kami) belum mendapat pencerahan. Masa sebelum Renaisans. Belakangan aku sadar ternyata sampai sekarang pun aku masih belum mendapat pencerahan, kulitku saja masih gelap.

Selepas lulus SMA, dan sekarang jalan semester empat kuliah, aku nggak pernah lagi melakukan “penyiksaan” ulang tahun tersebut. Kebiasaan brutal itu perlahan mulai aku tinggalkan karena merasa itu terlalu childish. Setidaknya, sampai bulan Maret 2012 ini.

***

Aku kembali merindukan “penyiksaan” itu saat salah seorang teman dekatku di kampus, Shera, ulang tahun. Sehari sebelum ulang tahunnya Shera tiba, aku sudah merencanakan ritual “penyiksaan” tersebut di rumah Adis, teman dekat yang lain.

“Pokoknya, besok Shera harus disiksa, Dis.” kataku, memprovokasi Adis.

“Siksa gimana? Siram pake air?”

“Kalo pake air doang mah udah biasa, gak asik, kurang seru.” Aku lalu ingat masa SMA. “Dulu pas SMA aku pernah nyiram temen yang ulang tahun pake air pipis. Seru lho!”

“IDIH!!!” Adis tersentak dengan ekspresi muka jijik, seolah membayangkan bagaimana caranya aku dan temen-temen SMA-ku dulu mengumpulkan air pipis untuk nyiram orang. “NAJIS BANGET!!”

“Iya, emang. Air kencing kan emang najis.”

“Bukan itu maksudku, dodol. GAK MUNGKIN ya kita nyiram temen sendiri pake pipis.”

“Iya, sih.” aku mengangguk. "Aku juga lagi gak kebelet pipis, kog."

"Aku gak peduli sama pipismu," ucap Adis tak acuh. “Oke, terus enaknya siram pake apa?”

Aku berpikir sejenak, lalu menemukan ide brilian. Dengan suara meledak aku bilang ke Adis “AHA! PAKE AIR AKI!!”

Aku diusir ke luar.

Setelah berdebat panjang lebar, akhirnya kami menemukan “ramuan” yang tepat untuk “merayakan” ulang tahun teman kami. Ramuan yang sangat cucok untuk diguyurkan ke orang yang ulang tahun. Aman, tidak berbahaya, dan tidak bau pesing. Dan yang pasti ramuan itu bukanlah kombinasi air seni dan air aki.

Ramuan itu kami beri nama.......... “TAI MOLTO”.

Eits, jangan salah sangka dulu, ramuan itu tidak seseram namanya. TAI MOLTO memiliki arti:

-         T = Telur
-         A = Air
-         I = Indomilk
-         MOLTO = pewangi pakaian, yang harganya gopek’an, dan bintang iklannya “Andi Molto”.

Jadi, TAI MOLTO adalah singkatan dari Telur, Air, Indomilk, dan Molto. Keempat bahan itu dicampur menjadi satu dalam satu botol dan seketika menjadi ramuan yang menakjubkan.

Ya, saya memang jenius (dan sangat tidak kreatif dalam pemberian nama).

Campuran telur, air, indomilk, dan molto, memberikan aroma yang sangat khas. Ada semerbak wangi dari molto, amis dari telur, dan tentunya, ada kesegaran alami dari indomilk.

Berikut penampakan TAI MOLTO:
Niatnya mau dikasih gambar tengkorak, tapi malah kayak gurita berkelamin ganda
Aku gak tahu reaksi apa yang akan terjadi jika semua campuran itu tumplek di rambut orang. Mungkin, rambut orang itu akan berevolusi jadi Medusa. Atau mungkin lebih parah lagi, rambut orang itu akan berevolusi jadi Anggun C Tsasmi, terus jadi bintang iklan Pantene.


Keesokan paginya, bersama dua orang teman lain, Adis dan Devita, kami menyatroni rumah Shera. Tentu saja kami ke sana tanpa sepengetahuan empunya rumah. Tujuan kami adalah ngasih Surprise  (+siksaan), dan berikut rencana kami : mengetuk pintu rumah, si Shera keluar, kita bekap dia dari belakang, kita seret dia ke lapangan basket, kita keprokin palanya pake telor, terus kita siram dia pake ramuan yang telah disiapkan. Pasti seru abis.

Namun, rencana itu kami urungkan karena lapangan basket yang paling dekat dengan rumahnya Shera berjarak 5 kilometer. Nggak mungkin kan kita menyeret-nyeret anak orang sejauh itu?

Akhirnya, operasi ala kadarnya pun dimulai.

Si Adis ngetuk pintu rumahnya Shera. Lima detik, gak ada jawaban.

“Ketuk lagi, Dis!” aku memberi instruksi.

Adis mengetuk lagi. Tetep gak ada jawaban. Adis mengetuk untuk ketiga kalinya. Dan tetep tidak ada jawaban.

“Coba sekali lagi,” aku terus memberi dorongan. “Kalo masih gak ada jawaban, kita robohkan saja pintunya!”

“Mi,” Devita angkat bicara, “kita mau ngasih Surprise, bukan mau nangkap teroris.”

Aku ngebayangin, aku mendobrak pintu rumah Shera, dan setelah pintunya berhasil roboh, aku akan menerabas masuk sambil bawa-bawa botol ramuan TAI MOLTO sebagai alat pengintimidasi pengganti pistol, kemudian aku akan berteriak kencang “MENYERAHLAH KAU, KEPARAT!! KAU SUDAH DIKEPUNG!!”

Oke, aku ngelantur.

Sementara Adis terus mengetuk pintu, aku menyiapkan amunisi: sebutir telur mentah di tangan kanan, dan sebotol besar ramuan TAI MOLTO di tangan kiri.

Setelah beberapa ketukan dan menunggu beberapa menit, akhirnya Shera keluar juga. Begitu melihat kami bertiga, Shera terlihat agak kaget. Shock Therapy kami berhasil. Kemudian, Shera lebih kaget lagi ketika tiba-tiba Adis menarik lengannya.

“Eh apa-apaan ini?!” protes Shera. Jelas, dia tidak siap menerima serangan mendadak yang dilancarkan Adis. Refleks, dia berusaha melepas cengkeraman Adis.

“Cepetan, Mi!” Adis menginstruksikan.

Aku langsung mengerti perintah Adis. Tanpa membuang waktu dan tanpa membuang celana (NGAPAIN BUANG CELANA??), dengan satu gerakan cepat aku “membuang” sebutir telur tepat di kepala Shera.

Tumbukan antara batok kepala dengan sebutir telur mentah menghasilkan bunyi yang syahdu sekali.

PROKKK!! Telurnya pecah, dilanjutkan erangan “AAAARRGGGHH... APA-APAAN INII??!!”

“Aernya, Mi! Cepetan! Aernya!!” suara Adis terdengar tak sabar. Tampaknya Adis terlalu berlebihan melakoni perannya megangin Shera. Sampai-sampai dia lebih terlihat seperti sedang megangin sapi kurban hendak disembelih.

Kembali, tanpa buang waktu dan buang celana (tetep), aku siramkan ramuan TAI MOLTO ke kepalanya Shera.

Sejujurnya, aku sangat pengin menikmati setiap detik pengucuran ramuan itu, biar berasa kayak lagi siraman tujuh bulanan. Sayangnya, Shera terlampau liar. Dia benar-benar seperti sapi kurban hendak disembelih. Berontak ke mana-mana.

Karena Shera gerak-gerak terus, aku gak bisa membidik dia dengan akurat. Akhirnya, aku menggunakan jurus kepepet: membabi buta. Dengan satu gerakan singkat aku siramkan ramuan TAI MOLTO itu ke arah Shera yang berjarak satu meter denganku. Alhasil, ramuan itu pun habis dalam satu siraman dan tidak semuanya kena ke badan Shera. Sangat disayangkan.

Shera sempat menghindar, tetapi rambutnya tetap kena. Sedikit beruntung dia, tidak semua ramuan TAI MOLTO tumpah di kepalanya. Cukup banyak ramuannya yang terbuang sia-sia ke lantai.

Meskipun begitu, aku sudah cukup puas. Aku bisa melihat kepala Shera dipenuhi lendir putih telur. Rambutnya juga jadi wangi molto. Efek sampingnya kayak apa, aku gak tau. Bisa jadi seminggu kemudian Shera jadi botak, atau malah rambutnya jadi panjang terus nyambung sama bulu pantat.

Setelah pergumulan memalukan itu selesai, kita bersih-bersih. Ketika hendak membuang botol yang tadi dijadikan tempat ramuan TAI MOLTO, tiba-tiba saja aku mendengar bisikan jahat. Di botol itu masih tersisa lendir-lendir putih telur.Aku melihat Shera sedang ngobrol sama Adis.

Botol ini harus habis, pikirku dengan botol di genggaman. Aku pun bergerak mendekati mereka berdua. Dan ketika mereka sudah berada dalam jangkauan tangan, tanpa basa-basi aku tumpahkan sisa-sisa lendir itu ke........., KEPALANYA ADIS.

Jelas, Adis langsung misuh-misuh “AAARRGGH!! SIALAN, FAHMI!! INI KOTOR, BEGO! INI KOTOR! AKU UDAH MANDI, SIALANNN!!”

“KYAHAHAHAHAAHA...” aku ngakak.

Shera ngakak.

Devita ngakak.

Anang Hermansyah juga ngakak.

Hanya Adis yang nggerundel.

Tetapi, semuanya sama... sama-sama bahagia.
Oh, kecuali Anang Hermansyah, dia lagi stres milihin Indonesian Idol.

Oh ya, ini dia foto si korban ulang tahun:

Silakan tebak mana Devita? mana Shera? mana Adis? dan MANA ANANG HERMANSYAH?

***

PS : Di bulan Maret kemarin cukup banyak temenku yang ulang tahun, dan cerita tentang ulang tahun di bulan Maret tidak hanya satu ini.. :)