Rabu, 05 Oktober 2011

Sasindo Makrab Ceria

Aku nggak ingat kapan terakhir kali aku buka blog’ku ini. Yang aku ingat, terakhir aku cek pengunjungnya adalah 617 (dikit banget ya?). Dan barusan sebelum aku nge-post tulisan ini, aku cek pengunjungnya: 618. Kampret, ternyata yang buka blog ini cuma aku doank. Mengenaskan. Huhu.. tapi gak papa lah. Seperti yang pernah aku tulis, I will keep on writing... entah gimanapun frekuensi postingannya, dan entah berapapun pengunjungnya.
Let’s get off to the topic...

Kemarin tanggal 1-2 Oktober aku makrab sama adek angkatan di jurusan Sastra Indonesia Universitas Gadjah Mada Yogyakarta Alamak Cihui. Oke, buat kamu yang lagi nyasar baca tulisan ini dan gak tau makrab itu apa, ini aku jelasin. Makrab itu adalah Malam Keakraban. Cukup segitu penjelasannya, jelas kan?

Makrab itu merupakan agenda rutin tiap tahun sebagai acara penyambutan adek angkatan yang baru. Sekaligus juga sebagai upaya untuk mengakrabkan adek angkatan yang baru dengan kakak angkatannya.

Jadi kemarin itu ceritanya aku lagi jadi senior. Hahaha..

Yang jadi panitia makrab itu adalah temen-temen angkatanku. Termasuk aku juga jadi panitia. Dalam kepanitian itu, aku dapet tugas jadi Tukang Sotret. Gak tau tukang sotret? Itu lho, yang kerjaannya mangkal di pengkolan (itu tukang ojek, ganteng!). Tukang sotret itu nama kampungannya fotografer. Ya, aku jadi fotografer.

Sebelum lebih jauh, aku mau berterima kasih dulu kepada salah seorang kakak angkatan bernama Ardian Justo, yang telah bersedia meminjamkan D-SLRnya untuk aku pake. Makasih mas Ardi, makasih. :D
Menjadi fotografer mungkin terdengar keren, tapi sesungguhnya pengorbanannya sangat berat. Sangat sangat berat. Karena dengan menjadi fotografer, itu berarti aku gak bakal bisa “NAMPANG” lagi. Gimana mau nampang kalo yang megang kameranya aku sendiri. Aku yang biasanya heboh banget minta difoto tiap kali liat temen megang kamera, sekarang harus ikhlas ngeliat temen-temen pada narsis-narsisan depanku. Berat. Sumpah berat banget. *Lebay..

Namun itulah pelajaran yang bisa aku ambil dari fotografi, pengorbanan. Menurutku, fotografer itu adalah pekerjaan yang keren. Filosofinya dalam. Seorang fotografer, dia harus jeli mencari angle (bener gak nih nulisnya?) untuk mendapatkan sudut pandang yang tepat agar foto yang dihasilkan bisa “mewakili sesuatu”. Belum lagi harus pandai mengatur teknis-teknis pengambilan gambarnya. Nggak enaknya, ketika hasil jepretan dikasih liat orang lain, orang lain jarang peduli siapa fotografernya. Jarang ada orang liat foto di “Kompas” kemudian hal pertama yang mereka pikirkan adalah “siapa ya yang ngambil foto itu? Keren banget dah”. Mungkin ada beberapa orang yang peduli. Tapi tetep aja, jarang.

Mereka (fotografer) menyajikan sesuatu tanpa perlu orang lain tau bagaimana “sajian” tersebut didapatkan

Itu yang paling aku salut dari seorang fotografer. Aku? Yah, aku hanyalah tukang sotret super amatir yang selalu minta gantian difoto setelah memfoto orang lain.

Co card panitia yang sempet aku sotret sendiri

Dan ini salah satu contoh hasil sotretanku:
Gelang 2ribuan, di Malioboro banyak

Aku gak sendirian menjadi tukang sotret, 3 temenku yang bernama Ratna, Dyas, dan Chipu juga dapet tugas sama denganku. Jadi tukang sotret. Mereka bertiga bawa kamera masing-masing. Itu artinya, AKU MASIH BISA NARSIS-NARSISAN... HUAHAHAHAHA.. yak, aku bisa narsis-narsisan karena aku bisa minta foto sama 3 temenku itu.

Dari kiri ke kanan: Ratna, Dyas, Chipu, dan Afgan Syahreza setelah kelelep di kolam aspal

Ketika awal pembentukan panitia makrab ini, aku memang ditugaskan untuk jadi tukang sotret. Namun selanjutnya aku juga dapet tugas jadi MC, Master of Cereal.
Dan pada realitanya, aku justru lebih banyak jadi MC daripada jadi tukang sotret. Sebenarnya lumayan nervous juga jadi MC, secara aku sendiri udah mukanya abstrak, ngomong juga gagap. Tapi berkat minum combantrin sebelum tampil nge-MC, semuanya berjalan lancar. Alhamdulillah yah.
Aku ngemsi (nge-MC maksudnya) juga gak sendirian. Aku ngemsi berdua sama sahabat imbisilku, Shera.
Latian sebelum show-off

Tempat ngemsinya sih bukan di panggung, tapi tetap aja buat cowok yang pemalu (dan malu-maluin) kayak aku rasanya nerpes. Tapi ada enaknya juga. Enaknya, kalo berdiri di depan para adek angkatan, aku bisa curi-curi pandang nyari daun muda dengan lebih jelas. Huehehehe..

Berikut foto-fotoku pas lagi ngemsi yang diambil oleh Ratna, Chipu dan Dyas.
Keliatannya sih (sok) cool, padahal lagi bingung mau ngomong apa
siap ngelirik tiap ada yang bening


Ketiga foto di atas diambil di salah satu gedung di kampus FIB UGM. Acaranya sendiri berlangsung di dua tempat. Tanggal 1 agendanya di kampus. Lalu sorenya lanjut ke sebuah vila di Kaliurang, dan di vila itu kita nginep 1 hari. Puncak acaranya ya di vila itu.

Banyak banget kejadian seru yang terjadi di sana. Karena emang makrab ini buat seru-seruan. Salah satu kejadian yang paling seru adalah saat aku dan beberapa temen cowok panitia yang lain ngerjain (baca: menyiksa) adek angkatan.
Ngerjainnya begini, salah seorang temen angkatanku/panitia menggaet salah satu adek angkatan cowok (yang tidak beruntung) lalu dibawa masuk ke dalam kamar panitia cowok. Di dalam kamar, sudah ada sekitar 10 temen panitia. Mereka semua duduk di spring bed. Terus si adek angkatan cowok (alias korban) di suruh duduk juga di spring bed. Dan pas korbannya udah duduk, satu temen panitia ngebekep korban dari belakang sampe si korban posisinya tidur, lalu tanpa ampun semua temen panitia numpukin si korban. Mirip selebrasi pemain-pemain bola kalo habis nyetak gol. Sumpah, brutal banget.

How uncultured they are
betapa tak beradabnya mereka
Kebringasan temen-temen itu gak hanya memakan korban adek angkatan, aku pun juga sempet digituin. Ditumpukin rame-rame. Kancut tuh mereka semua. Aku berencana ngajak temen-temenku itu maen futsal, biar pas temenku nyetak gol, aku bisa punya alasan untuk nindihin dia sampe puas.

Tapi tentu saja, semua itu gak dimaksudkan untuk menyiksa. Becanda aja gitu. Kalo kata Sishek (yang pake kaos putih lagi meringis itu): “Ini namanya INISIASI buat maba (mahasiswa baru, -red)”. Yah, mau inisiasi apa imunisasi, tetep aja brutal.

Over all, acaranya berjalan lancar sesuai rencana yang sudah di rancang oleh temen-temenku yang luar biasa. Yang aku ceritakan di sini hanya secuil, secuil wil wil dari sebuah cerita tentang malam keakraban yang akan selalu akan terkenang di dalam relung jiwa sanubari yang paling dalam (*mulut udah berbusa).

Intinya sih, acaranya sukses berat.

Sesi sotret bersama. Atas: Angkatan 2011. Bawah: Angkatan 2010. Nha kamu dimana Mi? Aku di belakang kamera T.T

Oke, terakhir, ehm, meskipun kemarin mata kuliah Pengantar Ilmu Sastra aku dapet D, tapi aku mau bilang: BERJAYALAH SASTRA INDONESIA!!!

2 komentar: