Kreatif dengan Gila adalah dua hal yang beda tipis...
Aku inget di SMA-ku dulu, ada kejadian seorang siswa diseret-seret secara
paksa ke tengah lapangan basket oleh beberapa siswa lain. Siswa yang diseret
meronta-ronta sekuat tenaga berusaha melepas cengkeraman siswa lain yang
menyeretnya. Maling helm, aku menebak.
Kemudian, siswa yang diseret-seret itu “disiksa” rame-rame. Dia diguyur air
secara brutal, kepalanya dikeprokin pake telor mentah, badannya ditaburin
tepung. Setelah itu, siswa-siswa yang tadi menyeret-nyeret dan menyiksa
bernyanyi Happy Birthday To You...
Maling helm lagi ulang tahun.
Melihat kejadian itu, aku mencibir dalam hati, ”Gila, norak amat! Ulang
tahun aja pake acara gituan!”
Keesokan harinya, aku menyeret-nyeret seorang temen yang ulang tahun ke
lapangan basket. Aku guyur dia pake air, aku keprok kepalanya pake telor, dan
badannya aku taburin tepung.
Ternyata, seru juga “menyiksa” temen yang lagi ulang tahun.
Saking serunya, kita-kita yang “menyiksa” jadi sering lupa esensi
penyiksaan itu sendiri: untuk memperingati hari lahir. Taunya rame-rame,
heboh-heboh, terus seneng-seneng. Dalam kebanyakan kasus, yang disiksa malah
lebih seneng.
Aku juga masih inget dulu di SMA, ada temen sekelas ulang tahun, lalu
temen-temen lain, termasuk aku, berinisiatif “merayakan” hari jadi tersebut
dengan ngebikin bom air. Itu lho, plastik sekiloan diisi air terus diiket
ujungnya. Nah, kalo airnya air keran biasa mah gak masalah. Nha waktu itu
beberapa plastik diisi..... ehm, air seni. Serius, benar-benar air seni,
air pipis. Aku masih ingat betul kejadian itu karena dulu aku ikut nyumbang
pipisnya. Mehehe..
Pas pulang sekolah, temenku yang ulang tahun itu dicegat di gerbang, lalu
tanpa ampun dilempar jumroh. Bukan pake batu, tapi pake bom air yang sudah
disiapkan tadi, yang beberapa diantaranya berisi air pipis. Si temen yang ulang
tahun jelas kalang kabut. Dia berlarian menghindari serangan bom air (+pipis)
kami, tetapi percuma. Pada akhirnya, teman yang ulang tahun itu pulang dengan
baju dan celana basah kuyup sambil menggerundel “Kayaknya aku gak sengaja kencing
di celana, deh.... bau pesing.”
Oke, aku tahu itu sangatlah tidak beradab dan sangat tidak bermoral. Tapi,
yah, masa SMA adalah masa di mana aku (atau kami) belum mendapat pencerahan.
Masa sebelum Renaisans. Belakangan aku sadar ternyata sampai sekarang pun aku
masih belum mendapat pencerahan, kulitku saja masih gelap.
Selepas lulus SMA, dan sekarang jalan semester empat kuliah, aku nggak
pernah lagi melakukan “penyiksaan” ulang tahun tersebut. Kebiasaan brutal itu
perlahan mulai aku tinggalkan karena merasa itu terlalu childish.
Setidaknya, sampai bulan Maret 2012 ini.
***
Aku kembali merindukan “penyiksaan” itu saat salah seorang teman dekatku di
kampus, Shera, ulang tahun. Sehari sebelum ulang tahunnya Shera tiba, aku sudah
merencanakan ritual “penyiksaan” tersebut di rumah Adis, teman dekat yang lain.
“Pokoknya, besok Shera harus disiksa, Dis.” kataku, memprovokasi Adis.
“Siksa gimana? Siram pake air?”
“Kalo pake air doang mah udah biasa, gak asik, kurang seru.” Aku lalu ingat
masa SMA. “Dulu pas SMA aku pernah nyiram temen yang ulang tahun pake air
pipis. Seru lho!”
“IDIH!!!” Adis tersentak dengan ekspresi muka jijik, seolah membayangkan
bagaimana caranya aku dan temen-temen SMA-ku dulu mengumpulkan air pipis untuk
nyiram orang. “NAJIS BANGET!!”
“Iya, emang. Air kencing kan emang najis.”
“Bukan itu maksudku, dodol. GAK MUNGKIN ya kita nyiram temen sendiri pake
pipis.”
“Iya, sih.” aku mengangguk. "Aku juga lagi gak kebelet pipis, kog."
"Aku gak peduli sama pipismu," ucap Adis tak acuh. “Oke, terus enaknya siram pake apa?”
Aku berpikir sejenak, lalu menemukan ide brilian. Dengan suara meledak aku
bilang ke Adis “AHA! PAKE AIR AKI!!”
Aku diusir ke luar.
Setelah berdebat panjang lebar, akhirnya kami menemukan “ramuan” yang tepat
untuk “merayakan” ulang tahun teman kami. Ramuan yang sangat cucok untuk
diguyurkan ke orang yang ulang tahun. Aman, tidak berbahaya, dan tidak bau
pesing. Dan yang pasti ramuan itu bukanlah kombinasi air seni dan air aki.
Ramuan itu kami beri nama.......... “TAI MOLTO”.
Eits, jangan salah sangka dulu, ramuan itu tidak seseram namanya. TAI MOLTO
memiliki arti:
- T = Telur
- A = Air
- I = Indomilk
- MOLTO = pewangi pakaian, yang harganya gopek’an, dan
bintang iklannya “Andi Molto”.
Jadi, TAI MOLTO adalah singkatan dari Telur, Air, Indomilk, dan Molto.
Keempat bahan itu dicampur menjadi satu dalam satu botol dan seketika menjadi
ramuan yang menakjubkan.
Ya, saya memang jenius (dan sangat tidak kreatif dalam pemberian nama).
Campuran telur, air, indomilk, dan molto, memberikan aroma yang sangat
khas. Ada semerbak wangi dari molto, amis dari telur, dan tentunya, ada kesegaran
alami dari indomilk.
Berikut penampakan TAI MOLTO:
Niatnya mau dikasih gambar tengkorak, tapi malah kayak gurita berkelamin ganda |
Aku gak tahu reaksi apa yang akan terjadi jika semua campuran itu tumplek
di rambut orang. Mungkin, rambut orang itu akan berevolusi jadi Medusa. Atau
mungkin lebih parah lagi, rambut orang itu akan berevolusi jadi Anggun C
Tsasmi, terus jadi bintang iklan Pantene.
Keesokan paginya, bersama dua orang teman lain, Adis dan Devita, kami
menyatroni rumah Shera. Tentu saja kami ke sana tanpa sepengetahuan empunya
rumah. Tujuan kami adalah ngasih Surprise
(+siksaan), dan berikut rencana kami : mengetuk pintu rumah, si Shera
keluar, kita bekap dia dari belakang, kita seret dia ke lapangan basket, kita
keprokin palanya pake telor, terus kita siram dia pake ramuan yang telah
disiapkan. Pasti seru abis.
Namun, rencana itu kami urungkan karena lapangan basket yang paling dekat
dengan rumahnya Shera berjarak 5 kilometer. Nggak mungkin kan kita
menyeret-nyeret anak orang sejauh itu?
Akhirnya, operasi ala kadarnya pun dimulai.
Si Adis ngetuk pintu rumahnya Shera. Lima detik, gak ada jawaban.
“Ketuk lagi, Dis!” aku memberi instruksi.
Adis mengetuk lagi. Tetep gak ada jawaban. Adis mengetuk untuk ketiga
kalinya. Dan tetep tidak ada jawaban.
“Coba sekali lagi,” aku terus memberi dorongan. “Kalo masih gak ada
jawaban, kita robohkan saja pintunya!”
“Mi,” Devita angkat bicara, “kita mau ngasih Surprise, bukan mau
nangkap teroris.”
Aku ngebayangin, aku mendobrak pintu rumah Shera, dan setelah pintunya
berhasil roboh, aku akan menerabas masuk sambil bawa-bawa botol ramuan TAI
MOLTO sebagai alat pengintimidasi pengganti pistol, kemudian aku akan berteriak
kencang “MENYERAHLAH KAU, KEPARAT!! KAU SUDAH DIKEPUNG!!”
Oke, aku ngelantur.
Sementara Adis terus mengetuk pintu, aku menyiapkan amunisi: sebutir telur
mentah di tangan kanan, dan sebotol besar ramuan TAI MOLTO di tangan kiri.
Setelah beberapa ketukan dan menunggu beberapa menit, akhirnya Shera keluar
juga. Begitu melihat kami bertiga, Shera terlihat agak kaget. Shock Therapy kami
berhasil. Kemudian, Shera lebih kaget lagi ketika tiba-tiba Adis menarik
lengannya.
“Eh apa-apaan ini?!” protes Shera. Jelas, dia tidak siap menerima serangan
mendadak yang dilancarkan Adis. Refleks, dia berusaha melepas cengkeraman Adis.
“Cepetan, Mi!” Adis menginstruksikan.
Aku langsung mengerti perintah Adis. Tanpa membuang waktu dan tanpa
membuang celana (NGAPAIN BUANG CELANA??), dengan satu gerakan cepat aku
“membuang” sebutir telur tepat di kepala Shera.
Tumbukan antara batok kepala dengan sebutir telur mentah menghasilkan bunyi
yang syahdu sekali.
PROKKK!! Telurnya pecah, dilanjutkan erangan “AAAARRGGGHH... APA-APAAN
INII??!!”
“Aernya, Mi! Cepetan! Aernya!!” suara Adis terdengar tak sabar. Tampaknya
Adis terlalu berlebihan melakoni perannya megangin Shera. Sampai-sampai dia
lebih terlihat seperti sedang megangin sapi kurban hendak disembelih.
Kembali, tanpa buang waktu dan buang celana (tetep), aku siramkan
ramuan TAI MOLTO ke kepalanya Shera.
Sejujurnya, aku sangat pengin menikmati setiap detik pengucuran ramuan itu,
biar berasa kayak lagi siraman tujuh bulanan. Sayangnya, Shera terlampau liar.
Dia benar-benar seperti sapi kurban hendak disembelih. Berontak ke mana-mana.
Karena Shera gerak-gerak terus, aku gak bisa membidik dia dengan akurat.
Akhirnya, aku menggunakan jurus kepepet: membabi buta. Dengan satu gerakan
singkat aku siramkan ramuan TAI MOLTO itu ke arah Shera yang berjarak satu
meter denganku. Alhasil, ramuan itu pun habis dalam satu siraman dan tidak
semuanya kena ke badan Shera. Sangat disayangkan.
Shera sempat menghindar, tetapi rambutnya tetap kena. Sedikit beruntung dia,
tidak semua ramuan TAI MOLTO tumpah di kepalanya. Cukup banyak ramuannya yang
terbuang sia-sia ke lantai.
Meskipun begitu, aku sudah cukup puas. Aku bisa melihat kepala Shera
dipenuhi lendir putih telur. Rambutnya juga jadi wangi molto. Efek sampingnya
kayak apa, aku gak tau. Bisa jadi seminggu kemudian Shera jadi botak, atau
malah rambutnya jadi panjang terus nyambung sama bulu pantat.
Setelah pergumulan memalukan itu selesai, kita bersih-bersih. Ketika hendak
membuang botol yang tadi dijadikan tempat ramuan TAI MOLTO, tiba-tiba saja aku
mendengar bisikan jahat. Di botol itu masih tersisa lendir-lendir putih telur.Aku
melihat Shera sedang ngobrol sama Adis.
Botol ini harus habis, pikirku dengan botol di genggaman. Aku pun bergerak
mendekati mereka berdua. Dan ketika mereka sudah berada dalam jangkauan tangan,
tanpa basa-basi aku tumpahkan sisa-sisa lendir itu ke........., KEPALANYA ADIS.
Jelas, Adis langsung misuh-misuh “AAARRGGH!! SIALAN, FAHMI!! INI KOTOR,
BEGO! INI KOTOR! AKU UDAH MANDI, SIALANNN!!”
“KYAHAHAHAHAAHA...” aku ngakak.
Shera ngakak.
Devita ngakak.
Anang Hermansyah juga ngakak.
Hanya Adis yang nggerundel.
Tetapi, semuanya sama... sama-sama bahagia.
Oh, kecuali Anang Hermansyah,
dia lagi stres milihin Indonesian Idol.
Oh ya, ini dia foto si korban ulang tahun:
Silakan tebak mana Devita? mana Shera? mana Adis? dan MANA ANANG HERMANSYAH? |
***
PS : Di bulan Maret kemarin cukup banyak temenku yang ulang tahun, dan cerita tentang ulang tahun di bulan Maret tidak hanya satu ini.. :)